Minggu, 13 Juni 2010

Sekolah Impian

ada sekolah yang tanpa seragam ditubuh siswanya.
ada sekolah yang tanpa ruang kelas didalamnya.
ada sekolah yang tanpa kekangan untuk bersikap dalam belajar.
ada sekolah yang membebaskan biaya bagi siswanya.
ada sekolah yang aku sebagai guru, bisa meminum kopi, menggigit tempe, sambil bicara apa hakekat dari bahasa.
ada sekolah yang aku sebagai guru, melihat siswaku tenang, bersandar pada pohon, sambil menikmati makanan kecil yang dibelinya dari warung.
ada sekolah yang aku sebagai guru, melihat senyum bangga dan kebebasan orang tua-orang tua lemah, kecil, dan kurus karena dibakar dunia.
ada sekolah yang aku sebagai guru, menilai dengan tanpa nilai.
ada sekolah yang aku sebagai guru, menempatkan humaniora sesuai dengan tempatnya dan sains nyaman dikursinya.
ada sekolah yang berada ditengah sawah, dikelilingi pohon-pohon, ditumbuhi rumput-rumput hijau, dipayungi langit cerah.
ada sekolah ang mengajarkan wirausaha untuk bekal siswa, memberi keterampilan, mengajarkan cara bercocok tanam, memberi makan kambing, memanen padi.
ada sekolah yang aku sangat bangga untuk tetap mengabdi disana. tanpa uang, gaji, pesangon,dari hasil SPP siswa.
ada sekolah yang sangat ku impi-impikan...lama......lama.....sekali......
sekolahku......impian hidupku......untukmu aku hidup dan MATI!

Rabu, 31 Maret 2010

Dilema

Hatiku telah mati. Mati. Benar-benar mati. Raut cantik wanita itu yang membunuhnya. Padahal baru kemarin ku hidupkan kembali setelah sekian kali terbunuh, tertikam dan tersayat oleh wanita. Entah apa yang harus ku katakan pada orangtuaku nanti. Mereka benar-benar mengharapkan aku untuk segera menikah.
“Besok teman bapak mau kesini mengenalkan anaknya.” Ucap ibu semalam sewaktu aku tengah menghisap sebatang rokok sisa kemarin sore. Jika ia benar-benar datang, maka wanita itu adalah wanita kesembilan yang bapak kenalkan padaku setelah kemarin aku tidak bisa memberi jawaban setuju pada wanita pilihannya. Mereka tidak pernah tahu dan mungkin sebaiknya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku ini. Memang hanya tuhan yang aku yakini, tapi bukan berarti tak ada lagi wanita yang bisa membuatku yakin bahwa aku layak untuknya. Andai saja dia tidak pergi jauh meninggalkanku. Andai saja lelaki muda, tampan dan kaya raya itu tidak pernah terlahir kedunia. Andai saja dia tidak mati bunuh diri membaca selembar surat yang ku titipkan pada seekor merpati, mungkin aku tidak akan pernah seperti ini. Satu-satunya wanita yang aku pikir bisa menjadi teman hidupku dalam segala suasana telah pergi. Sebilah pisau telah memutuskan urat ditangannya membuatnya kehabisan darah dalam waktu sekejap. Dan ruhnya terbang mencium langit, menemuiNya. Aku menangis. Air mataku mengalir deras. Sangat deras bercampur darah. Inilah tangisan terbesarku pada mahlukNya.
“Ya Allah, Jika kelak Kau jatuhkan lagi diriku pada segumpal hati
Jatuhkanlah aku pada hati yang membawaku dalam teduh hatiMu.”

Sore hari dikota Yogya, 30 Maret ‘10

Rabu, 20 Januari 2010

Yesus adalah Plato?

Sebelum membaca lebih jauh, kiranya saya jelaskan lebih dulu judul diatas. Judul diatas bukan ingin menyamakan (kedudukan) Plato dengan Yesus. Judul itu hanya sekedar cara saya untuk menarik rasa penasaran pembaca untuk mau membaca tulisan ini.
Disini saya hanya akan menggambarkan tentang sejarah kelahiran Plato saja yang kebetulan cukup uni untuk dibaca.
Sebelum Plato lahir, ada cerita unik tentang asal mula kenapa Amphictione, ibu Plato, mengandung. Menurut informasi yang say abaca dalam buku Kristologi karangan Djarnawi Plato merupakan anak dari Amphictinone. Amphictione hamil bukan karena hasil persetubuhannya dengan Ariston suaminya namun karena Dewa Apollo. Selama mengandung Ariston kabarnya dilarang untuk menggauli Amphictione, istrinya sampai ia benar-benar melahirkan anaknya yang kemudian diberi nama Plato.
Cerita ini mirip sekali dengan cerita Yesus yang lahir dari rahim Maryam. Maryam mengandung sebelum disetubuhi oleh Yusuf. Kalau anda ernah menonton film tentang kelahiran Yesus, disana digambarkan bahwa Yusuf sempat ingin meninggalkan Maryam lantaran dia mengandung. Namun karena malaikat mendatangi Yusuf melalui mimpi dan memberitahukan kepadanya apa yang telah terjadi (Maryam hamil karena Roh Kudus) dan tentang hari depan anak itu, ia mengurungkan niatnya. Dan selama mengandung, Maryam tidak pernah disetubuhi oleh Yusuf.
Menilik kesamaan sejarah keduanya (Yusuf dan Plato) yang hidup dimasa yang berbeda tentu bisa kita bayangkan betapa hebatnya Plato……….

Perselisihan silsilah Yesus?

Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mencari kesalahan agama dan kitab suci lain. Penulis hanya mencoba membagi apa yang penulis baca pada anda sekalian. Sebuah buku yang ditulis oleh Djarnawi Hadikusuma dari penerit persatuan menyebutkan beberapa hal perselisihan tentang silsilah Yesus Tuhan umat Kristiani. Bila ada kesalahan mohon dikoreksi langsung pada sumber primernya yakni kitab suci Injil.
Namun sebelum saya menulis, saya sendiripun sudah merujuk pada kitab Injil yang penulis miliki. Dan ternyata tidak ada perbedaan antara isi buku tersebut dengan kitab suci yang ditulis oleh murid Yesus.
Sekedar pemberitahuan bahwa isi kitab Injil dikelompokan kedalam dua yakni Perjanjian lama dan Perjanjian baru atau juga dikenal dengan Old testament dan New testament. Baiklah tanpa j\panjang lebar berikut yang sasya peroleh dari buku yang berjudul Kridtologi mengenai silsilah Yesus.
Dalam Injil karangan Matius yang ditulid tahun 70 M disebutkan silsilah Yesus sebagai berikut:
Yesus merupakan putra Yusuf. Yusuf sendiri adalah putra Yakub. Yakub putra Matan. Matan mempunyai ayah bernama Elizar dan seterusnya yang berujung pada Nabi Sulaiman putra nabi Daud. (Matius: 1:1-16)
Keterangan yang ditulis oleh Matius ini berbeda dengan apa yang ada dalam Injil Lukas. Disana disebutkan bahwa yesus merupakan putra Yusuf , anak dari Heli dan Heli mempunyai ayah bernama Malat. Lebih jauh, jika dalam Injil Matius Yesus merupakan keturunan ke 27 nabi Daud, dalam injil Lukas Yesus merupakan keturunan ke 42 nabi Daud. (Lukas 3: 23-24)
Perselisihan itu tidak hanya dari nama-nama nenek moyang Yesus tapi juga dalam hal perbedaan silsilah yang sampai pada Nabi Daud. Dalam Matius disebutkan bahwa Yesus keturunan nabi Daud namun dari silsilah Sulaiman. Akan tetapi menurut Lukas Yesus merupakan keturunan Daud lewat jalur Natan putra Daud. Tentunya jika ada dua hal yang bertentangan tidak mungkin keduanya benar atau keduanya salah. Salah satu bisa jadi benar dan satun yang lain salah. Lalu keterangan siapa yang benar mamtiu atau Lukas? Hanya tuhan yang tahu………

Kemanakah perginya Injil Barnaba?

Mungkin banyak diantara kita yang belum tahu tentang Injil Barnaba. Injil Barnaba adalah salah satu Injil yang ditolak oleh gereja pada tahun 180 M. dikabarkan bahwa Injil Barnaba ditolak karena dianggap menyalahi keimanan ajaran Gereja. Apa yang salah dengan Injil Barnaba? Berikut beberapa alas an yang menjadikan Injil Barnaba ditolak.
1. Dalam Injil Barnaba disebutkan bahwa Yesus tidak disalib, yang disalbi sebenarnya adalah Yudas yang telah diserupaakn Yesus dan Yesus dianggkat kehadirat Allah. Ini disebut dalam Injil Barnaba pasal 215, 216 dan 217 (Djarnawi, 1982: 10)
2. Injil Barnaba menyebutkan bahwa Yesus bukan anak Allah, bukan Tuhan; tetapi seorang rosul allah.
3. Ajaran Yesus yang mengabarkan akan datangnya rosul terahir Muhammad.
4. Dan yang terahir, Injil Barnaba menyebutkan bahwa putra Nabi Ibrahim yang akan disembelih karena perintah Allah adalah Ismail, bukan IShaq seperti yang disebutkan dalam Perjanjian Lama yang ada.
Lalu bagaimana kabartnya Injil Barnaba ini? Dan siapakah Barnaba itu sendiri? Seperti Injil-Injil lainnya, Markus, Matius dan Lukas, Injil ini ditulis oleh salah satu murid Yesus yang bernama Barnaba. Sebagai mana kita ketahui bahwa Yesus mempunyai 12 murid dan salah satunya adalah Barnaba. Namun sayangnya, nama Barnaba tidak disebutkan dibeberapa Injil yang sampai sekarang berbeda. Disebutkan bahwa kedua belas murid Yeus itu adalah: Simon, Andreas, Ya’kub, Yahya, Pilipus, Bartholomeus, Mamtius, Tomas, Ya’kub anak Alpius, Simon Kanani, Yudas anak Ya’kub dan Yudas Askariot. Dari keduabelas nama murid Yesus itu, tidak ada nama Barnaba disana. Adakah ketiadaan Barnaba sebagai salah satu murid Yesus merupakan kesengajaan? Tentu ini patut diselidiki. Yang jelas ada larangan dari Paus Glasius tahun 491 M untuk membaca Injil Barnaba ini.
Sumber: Kristologi, Djarnawi H. 1982

Roro Kidul nenek buyut Sultan Yogja?


Jika anda tahu pantai selatan, pasti anda tahu dan atau setidaknya pernah mendengar tentang cerita Ratu Roro Kidul penguasa Pantai Selatan. Ada banyak versi cerita mengenai ratu yang satu ini. Pernah suatu hari saya yang sedang dalam perjalan pulang ke Pemalang dari Jogjakarta berbincang dengan seorang lelaki agak tua. Beliau bercerita bahwa berdirinya Jogjakarta sampai sekarang tidak lepas juga dari peran Roro Kidul. Menurutnya, Sultan HB sering berkomunikasi dengan Ratu Roro Kidul membahas nasib rakyatnya. Menurutnya lagi ada jalur husus dari keraton Jogjakarta menuju Pantai Selatan yang hanya sultan yang tahu. Jalan itu langsung tembus dari keraton ke Pantai Selatan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Sultan bisa begitu dekat dengan Roro Kidul penguasa pantai selatan?
Sewaktu saya sedang membuat film dokumenter mengangkat tema makam salah satu wali Allah yang berada didekat Pantai Parangtritis, tanpa diduga sebelunya kami mendapat informasi lebih dari sekedar wali Allah itu yang disebut sebagai Syeh Maghribi. bahwa ternyata Roro kidul bukanlah orang asing bagi keratin (Kerajaan Mataram).
Diceritakan menurut juru kunci makam Syeh Maghribi bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang mencuri selendang bidadari yang sedang mandi disungai. Pemuda itu bernama Jaka Tarub. Singkat cerita Jaka Tarub ahirnya mengawini bidadari tersebut yang dikenal dengan nama Dewi Nawangwulan. Cerita ini mirip bahkan bisa dibilang sama dengan cerita legenda yang pernah kita semua dengar. Namun dalam versi berbeda. Sampai suatu hari Nawangwulan, setelah memperoleh seorang putra, hasil pernikahannya dengan Jaka Tarub, mengetahui bahwa yang menyembunyikan selendangnya sewaktu mandi dulu tidak lain adalah suaminya sendiri. Mengetahui hal ini, Nawangwulan yang kecewa dengan sikap tidak baik Jaka Tarub suaminya itu meminta untuk bercerai dan kembali ke kayangan.
Bayangan tidak seindah dengan kenyataan yang dihadapi Nawangwulan. Kayangan tidak mau lagi menerima kehadirannya lantaran ia sudah bergaul dan hidup bersama manusia bumi. Penolakan ini membuat Nawangwulan kembali ke bumi. Dimanakah Nawangwulan selanjutnya tinggal? Bukan kembali pada suaminya Jaka Tarub, namun Ia ahirnya tinggal dan mendiami pantai selatan. Dan selanjutnya ia dikenal sebagai Ratu Roro Kidul penguasa Pantai Selatan. Bagaimana dengan nasib Jaka Tarub dan putrinya hasil perkawinanya dengan Nawangwulan?
Seiring berjalannya waktu sang putri yang diberi nama Dewi Nawangsih tumbuh dewasa dan menikah dengan Bondan Gejawan putra Pabru Brawijaya raja Majapahit. Dari pernikahannya dengan Bondan Gejawan, Nawangwulan mempunyai putra bernama Ki Ageng Getas Pendawa. Hingg sampai pada keturunan kelima yakni Danang Sutowijaya yang bertapa di Parangkusumo untuk meminta petunjuk. Ketika bertapa ia ditemui oleh Roro Kidul yang tidak lain adalah nenek buyutnya. Dari hasil pertapaannya itu dia mendapat perintah untuk mendirikan kerjaan Mataram yang sekarang menjadi Keraton Jogjakarta. Sebagai raja pertama Mataram adalah Danang Sutowijaya.
Begitulah informasi yang saya peroleh mengenai sejarah Roro Kidul. Maka tidak heran jika sultan Jogjakarta memiliki hubungan yang dekat dengan Ratu Roro Kidul….

Selasa, 19 Januari 2010

“Perdebatan "Chomsky" VS "Saussure”

Diceritakan sebelumnya, Nawangwulan sering sekali beradu argumen dengan putrid satu-satunya yakni Nawangsih. Dan setiap kali berdebat Jaka Tarub hanya diam dan sesekali bersikap bijak untuk menunjukan posisi dirinya sebagai kepala rumah tangga.
Mbok kalian ga usah rebut terus tho? Wong pada dasarnya adanya kalian karena ada aku kok. Coba kalau ga ada aku? Apa kalian ada?
Kalimat itulah yang selalu Jaka Tarub ucapakan setiap kali istri dan putrinya berdebat. Dan biasanya, sang putri akan menjawab demikian:
Kata siapa Romo? Aku ini kan lahir karena takdir??
Jaka Tarub menjawab:
Apakah Hawa lahir untuk menemani Adam juga merupakan takdir?
Itu kan lain Romo?
Sama aja ndok,
Beda Romo?
Beda di sisi mana? Romomu guanteng, ibumu juga cuantik.
Bukan masalah itu Romo?
Lalu soal apa?
Aku lahir karena ada ibu. Coba kalau ga ada ibu? Apa mungkin Romo bisa melahirkan aku?
Memang ibu yang melahirkan kamu. Tapi ibu ada juga karena Romo ada. Ibumu ga akan lahir kalau Romo ga ada. Adanya modern karena lahir traditional lebih dulu.
Begitu seterusnya sampai mereka benar-benar lelah untuk beradu argument lagi. Atau rasa kantuk sudah menggerayangi matanya. Suatu ketika Nawangwulan menantang putrinya Nawangsih melanjutkan perdebatannya mengenai bahasa. Jika sang ibu berpendapat bahwa proses berbahasa merupakan factor kebiasaan Nawangsih berpendapat bahwa proses berbahasa bukan semata factor kebiasaan namun lebih dari itu. Proses berbahasa menurut Nawangsih justru proses kejiwaan yang menonjol. Dan perdebatan itu berlanjut demikian….
Saya tidak bisa terima pendapat ibu? Ungkap Nawangsih penuh emosi.
Apa yang membuatmu tidak sependapat dengan ibu?
Bentuk grammatical bukan hanya itu. Jangan hanya bersandar pada factor keumuman ibu?
Lalu kita harus bersandar pada apa?
Bagiku masalah umum atau tidak umum bukan menjadi persoalan. Yang penting adalah kaidah. Walaupun suatu bahasa tidak umum namun jika secara kaidah bahasa itu betul maka tidak ada alasan untuk tidak mengakui bentuk bahasa tersebut. Selama kita mengikuti kaidah yang ada, meskipun itu tidak umum dipakai maka hal itu masih dianggap wajar.
Mana buktinya?
Oke, saya akan berikan bukti itu. Tapi sebelumnya jawab dulu pertanyaan saya.
Silahkan. Mau Tanya apa?
Apa makna kata “menggunung”?
Menyerupai gunung…
Bagaimana dengan kata “menganak sungai”?
Artinya menyerupai anak sungai.
Jika demikian maka bisakan saya membuat ungkapan “membibir” untuk menyebutkan menyerupai bibir?
Bagaimana mungkin?
Mungkin saja. Karena kaidah yang saya gunakan sama dengan kaidah dua contoh kata diatas yakni “menggunung” dan “menganak sungai”
Tapi itu tidak lazim digunakan?
Iya saya tahu. Tapi kaidah itu adakan?
Memang..
Kalau demikian sah-sah saja kan saya berkata demikian?
Atas dasar apa?
Kaidah yang ada….
Apakah itu lazim digunakan?
Memang tidak. Tapi hal itu tidak menyalahi aturan. Karena masih dalam kaidah yang diperbolehkan.
Kalau dasarnya kaidah, kenapa tidak ada orang yang mengungkapkan demikian untuk kata “membibir”?
Oh, itu bukan kewenangan saya. Saya hanya mencoba menerapkan kaidah yang ada.
Kamu memang sama saja seperti Romomu
Oh tidak. Romo traditional sedangkan aku tidak.
Bukankah hal semacam itu traditional? Mana buktinya kamu tidak traditional?
Aku lahir bukan dijaman Plato ibu?
Saya tahu betul itu.
Aku lahir dijaman sesudahmu ibu. Itu alasanya kenapa aku bukan traditional.
Oke. Kita tutup untuk hal ini. Terserah kamu traditional atau tidak ibu ga peduli.
Apa itu artinya bendera putih ibu mulai berkibar?
Ibu tidak semudah itu menyerah.
Kalau begitu mari kita lanjutkan.
Ini sudah larut.
Memangnya kenapa jika sudah larut?
Ibu ada janji dengan Romomu. Ada yang harus diselesaikan. Jangan Tanya soal apa itu. Kamu belum saatnya untuk menanyakan tentang hal itu….
bibliography
(Aliran dan Teori linguistik, SOeparno.2006)