Senin, 07 Desember 2009

Kesalahan tertinggi

siapakah yang salah ketika Adam memakan buah terlarang disurga? apakah syetan yang menghasut hawa?apakah hawa yang menghasut Adam? ataukah Adam yang terhasut hawa dan menuruti hasutannya karena cinta? ketika ada yang disalahkan tentu ada yang menjadi pembenar. adakah pembenar dalam kemungkinan kesalahan yang terjadi antara ketiga mahluk tuhan itu?Adam mungkin tidak bersalah memakan buah terlarang itu. memang, hawa merayu untuk memakannya. tapi bukankah tuhan juga menciptakan cinta dalam diri manusia? tentu tidak bisa dipersalahkan keberadaan cinta dalam diri Adam untuk hawa, meski cinta itu membuat mereka turun dari surga. lalu, jika demikian hawa yang patut dipersalahkan. benarkah? dalam dirinya tak sedikitpun rasa ingin mencelakaan diri dan Adam kekasihnya. meskipun itu dengan manisnya buah terlarang. jik demikian syetanlah satu-satunya mahluk yang patut dipersalahkan diantara ketiganya. jika bukan karena dia, Adam tak mungkin diusir dari surga. hawa tak mungkin berpisah ribuan tahun dengan kekasihnya. dan segala manusia tak perlu berlomba untuk mencari pahala sebanya-banyaknya agar dapat kembali ke surga. sepatutnya tak satu pun dari mereka yang patut dipersalahkan. dan tak ada pula yang menjadi pembenar. cukup sudut pandang kita yang mewakili semua. sudut pandang kitalah yang menjadikan sesuatu salah dan menjadikan pula pembenarnya. ketika kita berkata syetan yang layak dipersalahkan, atau hawa yang layak dipersalahkan dan mungkin juga Adam. itulah kesalahan tertinggi dalam diri manusia

adakah aku ada? (Ontologi diri)

ada dan tiada sulit dibedakan. sesuatu yang mungkin ada menurut sebagian orang belum tentu sama sebagian yang lain. ke-ada-an kita sebagai manusia juga masih menjadi sebuah misteri. saat kita merasa ada, ada norma yang tidak bisa ditembus dengan ke-ada-an kita. namun disisi lain wujud nyata kita berkata demikian. tuhan menciptakan dan menjadikan manusia berpasang=pasangan. apakah itu berarti kita ada? tuhan memberi rizki, mencipatakan dunia dimana kita tinggal. apakah itu berarti kita ada?namun tuhan juga menciptakan jalan kita yang mana telah tertulis dilauhul mahfud. benarkah kita memang ada? ada dan tiada sulit dibedakan. benar adanya jika seorang tokoh filsafat berkata bahwa "aku adalah tuhan". beliau meniadakan dirinya dihadapan tuhan karena merasa tak layak menyombongkan diri dihadapan tuhan dengan menyebutkan ke-ada-annya. hanya tuhan yang layak berkata aku. hanya tuhan yang ada. kita mahluk tiada.