Minggu, 13 Juni 2010

Sekolah Impian

ada sekolah yang tanpa seragam ditubuh siswanya.
ada sekolah yang tanpa ruang kelas didalamnya.
ada sekolah yang tanpa kekangan untuk bersikap dalam belajar.
ada sekolah yang membebaskan biaya bagi siswanya.
ada sekolah yang aku sebagai guru, bisa meminum kopi, menggigit tempe, sambil bicara apa hakekat dari bahasa.
ada sekolah yang aku sebagai guru, melihat siswaku tenang, bersandar pada pohon, sambil menikmati makanan kecil yang dibelinya dari warung.
ada sekolah yang aku sebagai guru, melihat senyum bangga dan kebebasan orang tua-orang tua lemah, kecil, dan kurus karena dibakar dunia.
ada sekolah yang aku sebagai guru, menilai dengan tanpa nilai.
ada sekolah yang aku sebagai guru, menempatkan humaniora sesuai dengan tempatnya dan sains nyaman dikursinya.
ada sekolah yang berada ditengah sawah, dikelilingi pohon-pohon, ditumbuhi rumput-rumput hijau, dipayungi langit cerah.
ada sekolah ang mengajarkan wirausaha untuk bekal siswa, memberi keterampilan, mengajarkan cara bercocok tanam, memberi makan kambing, memanen padi.
ada sekolah yang aku sangat bangga untuk tetap mengabdi disana. tanpa uang, gaji, pesangon,dari hasil SPP siswa.
ada sekolah yang sangat ku impi-impikan...lama......lama.....sekali......
sekolahku......impian hidupku......untukmu aku hidup dan MATI!

Rabu, 31 Maret 2010

Dilema

Hatiku telah mati. Mati. Benar-benar mati. Raut cantik wanita itu yang membunuhnya. Padahal baru kemarin ku hidupkan kembali setelah sekian kali terbunuh, tertikam dan tersayat oleh wanita. Entah apa yang harus ku katakan pada orangtuaku nanti. Mereka benar-benar mengharapkan aku untuk segera menikah.
“Besok teman bapak mau kesini mengenalkan anaknya.” Ucap ibu semalam sewaktu aku tengah menghisap sebatang rokok sisa kemarin sore. Jika ia benar-benar datang, maka wanita itu adalah wanita kesembilan yang bapak kenalkan padaku setelah kemarin aku tidak bisa memberi jawaban setuju pada wanita pilihannya. Mereka tidak pernah tahu dan mungkin sebaiknya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku ini. Memang hanya tuhan yang aku yakini, tapi bukan berarti tak ada lagi wanita yang bisa membuatku yakin bahwa aku layak untuknya. Andai saja dia tidak pergi jauh meninggalkanku. Andai saja lelaki muda, tampan dan kaya raya itu tidak pernah terlahir kedunia. Andai saja dia tidak mati bunuh diri membaca selembar surat yang ku titipkan pada seekor merpati, mungkin aku tidak akan pernah seperti ini. Satu-satunya wanita yang aku pikir bisa menjadi teman hidupku dalam segala suasana telah pergi. Sebilah pisau telah memutuskan urat ditangannya membuatnya kehabisan darah dalam waktu sekejap. Dan ruhnya terbang mencium langit, menemuiNya. Aku menangis. Air mataku mengalir deras. Sangat deras bercampur darah. Inilah tangisan terbesarku pada mahlukNya.
“Ya Allah, Jika kelak Kau jatuhkan lagi diriku pada segumpal hati
Jatuhkanlah aku pada hati yang membawaku dalam teduh hatiMu.”

Sore hari dikota Yogya, 30 Maret ‘10

Rabu, 20 Januari 2010

Yesus adalah Plato?

Sebelum membaca lebih jauh, kiranya saya jelaskan lebih dulu judul diatas. Judul diatas bukan ingin menyamakan (kedudukan) Plato dengan Yesus. Judul itu hanya sekedar cara saya untuk menarik rasa penasaran pembaca untuk mau membaca tulisan ini.
Disini saya hanya akan menggambarkan tentang sejarah kelahiran Plato saja yang kebetulan cukup uni untuk dibaca.
Sebelum Plato lahir, ada cerita unik tentang asal mula kenapa Amphictione, ibu Plato, mengandung. Menurut informasi yang say abaca dalam buku Kristologi karangan Djarnawi Plato merupakan anak dari Amphictinone. Amphictione hamil bukan karena hasil persetubuhannya dengan Ariston suaminya namun karena Dewa Apollo. Selama mengandung Ariston kabarnya dilarang untuk menggauli Amphictione, istrinya sampai ia benar-benar melahirkan anaknya yang kemudian diberi nama Plato.
Cerita ini mirip sekali dengan cerita Yesus yang lahir dari rahim Maryam. Maryam mengandung sebelum disetubuhi oleh Yusuf. Kalau anda ernah menonton film tentang kelahiran Yesus, disana digambarkan bahwa Yusuf sempat ingin meninggalkan Maryam lantaran dia mengandung. Namun karena malaikat mendatangi Yusuf melalui mimpi dan memberitahukan kepadanya apa yang telah terjadi (Maryam hamil karena Roh Kudus) dan tentang hari depan anak itu, ia mengurungkan niatnya. Dan selama mengandung, Maryam tidak pernah disetubuhi oleh Yusuf.
Menilik kesamaan sejarah keduanya (Yusuf dan Plato) yang hidup dimasa yang berbeda tentu bisa kita bayangkan betapa hebatnya Plato……….

Perselisihan silsilah Yesus?

Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mencari kesalahan agama dan kitab suci lain. Penulis hanya mencoba membagi apa yang penulis baca pada anda sekalian. Sebuah buku yang ditulis oleh Djarnawi Hadikusuma dari penerit persatuan menyebutkan beberapa hal perselisihan tentang silsilah Yesus Tuhan umat Kristiani. Bila ada kesalahan mohon dikoreksi langsung pada sumber primernya yakni kitab suci Injil.
Namun sebelum saya menulis, saya sendiripun sudah merujuk pada kitab Injil yang penulis miliki. Dan ternyata tidak ada perbedaan antara isi buku tersebut dengan kitab suci yang ditulis oleh murid Yesus.
Sekedar pemberitahuan bahwa isi kitab Injil dikelompokan kedalam dua yakni Perjanjian lama dan Perjanjian baru atau juga dikenal dengan Old testament dan New testament. Baiklah tanpa j\panjang lebar berikut yang sasya peroleh dari buku yang berjudul Kridtologi mengenai silsilah Yesus.
Dalam Injil karangan Matius yang ditulid tahun 70 M disebutkan silsilah Yesus sebagai berikut:
Yesus merupakan putra Yusuf. Yusuf sendiri adalah putra Yakub. Yakub putra Matan. Matan mempunyai ayah bernama Elizar dan seterusnya yang berujung pada Nabi Sulaiman putra nabi Daud. (Matius: 1:1-16)
Keterangan yang ditulis oleh Matius ini berbeda dengan apa yang ada dalam Injil Lukas. Disana disebutkan bahwa yesus merupakan putra Yusuf , anak dari Heli dan Heli mempunyai ayah bernama Malat. Lebih jauh, jika dalam Injil Matius Yesus merupakan keturunan ke 27 nabi Daud, dalam injil Lukas Yesus merupakan keturunan ke 42 nabi Daud. (Lukas 3: 23-24)
Perselisihan itu tidak hanya dari nama-nama nenek moyang Yesus tapi juga dalam hal perbedaan silsilah yang sampai pada Nabi Daud. Dalam Matius disebutkan bahwa Yesus keturunan nabi Daud namun dari silsilah Sulaiman. Akan tetapi menurut Lukas Yesus merupakan keturunan Daud lewat jalur Natan putra Daud. Tentunya jika ada dua hal yang bertentangan tidak mungkin keduanya benar atau keduanya salah. Salah satu bisa jadi benar dan satun yang lain salah. Lalu keterangan siapa yang benar mamtiu atau Lukas? Hanya tuhan yang tahu………

Kemanakah perginya Injil Barnaba?

Mungkin banyak diantara kita yang belum tahu tentang Injil Barnaba. Injil Barnaba adalah salah satu Injil yang ditolak oleh gereja pada tahun 180 M. dikabarkan bahwa Injil Barnaba ditolak karena dianggap menyalahi keimanan ajaran Gereja. Apa yang salah dengan Injil Barnaba? Berikut beberapa alas an yang menjadikan Injil Barnaba ditolak.
1. Dalam Injil Barnaba disebutkan bahwa Yesus tidak disalib, yang disalbi sebenarnya adalah Yudas yang telah diserupaakn Yesus dan Yesus dianggkat kehadirat Allah. Ini disebut dalam Injil Barnaba pasal 215, 216 dan 217 (Djarnawi, 1982: 10)
2. Injil Barnaba menyebutkan bahwa Yesus bukan anak Allah, bukan Tuhan; tetapi seorang rosul allah.
3. Ajaran Yesus yang mengabarkan akan datangnya rosul terahir Muhammad.
4. Dan yang terahir, Injil Barnaba menyebutkan bahwa putra Nabi Ibrahim yang akan disembelih karena perintah Allah adalah Ismail, bukan IShaq seperti yang disebutkan dalam Perjanjian Lama yang ada.
Lalu bagaimana kabartnya Injil Barnaba ini? Dan siapakah Barnaba itu sendiri? Seperti Injil-Injil lainnya, Markus, Matius dan Lukas, Injil ini ditulis oleh salah satu murid Yesus yang bernama Barnaba. Sebagai mana kita ketahui bahwa Yesus mempunyai 12 murid dan salah satunya adalah Barnaba. Namun sayangnya, nama Barnaba tidak disebutkan dibeberapa Injil yang sampai sekarang berbeda. Disebutkan bahwa kedua belas murid Yeus itu adalah: Simon, Andreas, Ya’kub, Yahya, Pilipus, Bartholomeus, Mamtius, Tomas, Ya’kub anak Alpius, Simon Kanani, Yudas anak Ya’kub dan Yudas Askariot. Dari keduabelas nama murid Yesus itu, tidak ada nama Barnaba disana. Adakah ketiadaan Barnaba sebagai salah satu murid Yesus merupakan kesengajaan? Tentu ini patut diselidiki. Yang jelas ada larangan dari Paus Glasius tahun 491 M untuk membaca Injil Barnaba ini.
Sumber: Kristologi, Djarnawi H. 1982

Roro Kidul nenek buyut Sultan Yogja?


Jika anda tahu pantai selatan, pasti anda tahu dan atau setidaknya pernah mendengar tentang cerita Ratu Roro Kidul penguasa Pantai Selatan. Ada banyak versi cerita mengenai ratu yang satu ini. Pernah suatu hari saya yang sedang dalam perjalan pulang ke Pemalang dari Jogjakarta berbincang dengan seorang lelaki agak tua. Beliau bercerita bahwa berdirinya Jogjakarta sampai sekarang tidak lepas juga dari peran Roro Kidul. Menurutnya, Sultan HB sering berkomunikasi dengan Ratu Roro Kidul membahas nasib rakyatnya. Menurutnya lagi ada jalur husus dari keraton Jogjakarta menuju Pantai Selatan yang hanya sultan yang tahu. Jalan itu langsung tembus dari keraton ke Pantai Selatan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Sultan bisa begitu dekat dengan Roro Kidul penguasa pantai selatan?
Sewaktu saya sedang membuat film dokumenter mengangkat tema makam salah satu wali Allah yang berada didekat Pantai Parangtritis, tanpa diduga sebelunya kami mendapat informasi lebih dari sekedar wali Allah itu yang disebut sebagai Syeh Maghribi. bahwa ternyata Roro kidul bukanlah orang asing bagi keratin (Kerajaan Mataram).
Diceritakan menurut juru kunci makam Syeh Maghribi bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang mencuri selendang bidadari yang sedang mandi disungai. Pemuda itu bernama Jaka Tarub. Singkat cerita Jaka Tarub ahirnya mengawini bidadari tersebut yang dikenal dengan nama Dewi Nawangwulan. Cerita ini mirip bahkan bisa dibilang sama dengan cerita legenda yang pernah kita semua dengar. Namun dalam versi berbeda. Sampai suatu hari Nawangwulan, setelah memperoleh seorang putra, hasil pernikahannya dengan Jaka Tarub, mengetahui bahwa yang menyembunyikan selendangnya sewaktu mandi dulu tidak lain adalah suaminya sendiri. Mengetahui hal ini, Nawangwulan yang kecewa dengan sikap tidak baik Jaka Tarub suaminya itu meminta untuk bercerai dan kembali ke kayangan.
Bayangan tidak seindah dengan kenyataan yang dihadapi Nawangwulan. Kayangan tidak mau lagi menerima kehadirannya lantaran ia sudah bergaul dan hidup bersama manusia bumi. Penolakan ini membuat Nawangwulan kembali ke bumi. Dimanakah Nawangwulan selanjutnya tinggal? Bukan kembali pada suaminya Jaka Tarub, namun Ia ahirnya tinggal dan mendiami pantai selatan. Dan selanjutnya ia dikenal sebagai Ratu Roro Kidul penguasa Pantai Selatan. Bagaimana dengan nasib Jaka Tarub dan putrinya hasil perkawinanya dengan Nawangwulan?
Seiring berjalannya waktu sang putri yang diberi nama Dewi Nawangsih tumbuh dewasa dan menikah dengan Bondan Gejawan putra Pabru Brawijaya raja Majapahit. Dari pernikahannya dengan Bondan Gejawan, Nawangwulan mempunyai putra bernama Ki Ageng Getas Pendawa. Hingg sampai pada keturunan kelima yakni Danang Sutowijaya yang bertapa di Parangkusumo untuk meminta petunjuk. Ketika bertapa ia ditemui oleh Roro Kidul yang tidak lain adalah nenek buyutnya. Dari hasil pertapaannya itu dia mendapat perintah untuk mendirikan kerjaan Mataram yang sekarang menjadi Keraton Jogjakarta. Sebagai raja pertama Mataram adalah Danang Sutowijaya.
Begitulah informasi yang saya peroleh mengenai sejarah Roro Kidul. Maka tidak heran jika sultan Jogjakarta memiliki hubungan yang dekat dengan Ratu Roro Kidul….

Selasa, 19 Januari 2010

“Perdebatan "Chomsky" VS "Saussure”

Diceritakan sebelumnya, Nawangwulan sering sekali beradu argumen dengan putrid satu-satunya yakni Nawangsih. Dan setiap kali berdebat Jaka Tarub hanya diam dan sesekali bersikap bijak untuk menunjukan posisi dirinya sebagai kepala rumah tangga.
Mbok kalian ga usah rebut terus tho? Wong pada dasarnya adanya kalian karena ada aku kok. Coba kalau ga ada aku? Apa kalian ada?
Kalimat itulah yang selalu Jaka Tarub ucapakan setiap kali istri dan putrinya berdebat. Dan biasanya, sang putri akan menjawab demikian:
Kata siapa Romo? Aku ini kan lahir karena takdir??
Jaka Tarub menjawab:
Apakah Hawa lahir untuk menemani Adam juga merupakan takdir?
Itu kan lain Romo?
Sama aja ndok,
Beda Romo?
Beda di sisi mana? Romomu guanteng, ibumu juga cuantik.
Bukan masalah itu Romo?
Lalu soal apa?
Aku lahir karena ada ibu. Coba kalau ga ada ibu? Apa mungkin Romo bisa melahirkan aku?
Memang ibu yang melahirkan kamu. Tapi ibu ada juga karena Romo ada. Ibumu ga akan lahir kalau Romo ga ada. Adanya modern karena lahir traditional lebih dulu.
Begitu seterusnya sampai mereka benar-benar lelah untuk beradu argument lagi. Atau rasa kantuk sudah menggerayangi matanya. Suatu ketika Nawangwulan menantang putrinya Nawangsih melanjutkan perdebatannya mengenai bahasa. Jika sang ibu berpendapat bahwa proses berbahasa merupakan factor kebiasaan Nawangsih berpendapat bahwa proses berbahasa bukan semata factor kebiasaan namun lebih dari itu. Proses berbahasa menurut Nawangsih justru proses kejiwaan yang menonjol. Dan perdebatan itu berlanjut demikian….
Saya tidak bisa terima pendapat ibu? Ungkap Nawangsih penuh emosi.
Apa yang membuatmu tidak sependapat dengan ibu?
Bentuk grammatical bukan hanya itu. Jangan hanya bersandar pada factor keumuman ibu?
Lalu kita harus bersandar pada apa?
Bagiku masalah umum atau tidak umum bukan menjadi persoalan. Yang penting adalah kaidah. Walaupun suatu bahasa tidak umum namun jika secara kaidah bahasa itu betul maka tidak ada alasan untuk tidak mengakui bentuk bahasa tersebut. Selama kita mengikuti kaidah yang ada, meskipun itu tidak umum dipakai maka hal itu masih dianggap wajar.
Mana buktinya?
Oke, saya akan berikan bukti itu. Tapi sebelumnya jawab dulu pertanyaan saya.
Silahkan. Mau Tanya apa?
Apa makna kata “menggunung”?
Menyerupai gunung…
Bagaimana dengan kata “menganak sungai”?
Artinya menyerupai anak sungai.
Jika demikian maka bisakan saya membuat ungkapan “membibir” untuk menyebutkan menyerupai bibir?
Bagaimana mungkin?
Mungkin saja. Karena kaidah yang saya gunakan sama dengan kaidah dua contoh kata diatas yakni “menggunung” dan “menganak sungai”
Tapi itu tidak lazim digunakan?
Iya saya tahu. Tapi kaidah itu adakan?
Memang..
Kalau demikian sah-sah saja kan saya berkata demikian?
Atas dasar apa?
Kaidah yang ada….
Apakah itu lazim digunakan?
Memang tidak. Tapi hal itu tidak menyalahi aturan. Karena masih dalam kaidah yang diperbolehkan.
Kalau dasarnya kaidah, kenapa tidak ada orang yang mengungkapkan demikian untuk kata “membibir”?
Oh, itu bukan kewenangan saya. Saya hanya mencoba menerapkan kaidah yang ada.
Kamu memang sama saja seperti Romomu
Oh tidak. Romo traditional sedangkan aku tidak.
Bukankah hal semacam itu traditional? Mana buktinya kamu tidak traditional?
Aku lahir bukan dijaman Plato ibu?
Saya tahu betul itu.
Aku lahir dijaman sesudahmu ibu. Itu alasanya kenapa aku bukan traditional.
Oke. Kita tutup untuk hal ini. Terserah kamu traditional atau tidak ibu ga peduli.
Apa itu artinya bendera putih ibu mulai berkibar?
Ibu tidak semudah itu menyerah.
Kalau begitu mari kita lanjutkan.
Ini sudah larut.
Memangnya kenapa jika sudah larut?
Ibu ada janji dengan Romomu. Ada yang harus diselesaikan. Jangan Tanya soal apa itu. Kamu belum saatnya untuk menanyakan tentang hal itu….
bibliography
(Aliran dan Teori linguistik, SOeparno.2006)

"Chomsky" yang manja

Jaka Tarub dan Nawangwulan akhirnya memutuskan untuk menikah meskipun pada awalnya hubungan mereka tidak begitu harmonis. Dari awal berhubungan hingga menjelang menikah mereka berdua masih saja meributkan antara traditional dengan modern, antara Plato dan Saussure. Bahkan sempat acara foto pre wedding gagal gara-gara mereka bangun kesiangan karena semalam suntuk rebut masalah traditional dan modern.
Kini saat yang dinanti seluruh umat didunia dan dikayangan telah tiba. Pernikahan dua mahluk dari dunia berbeda dan madzhab yang berbeda segera diangsungkan. Kabarnya biaya pernikahan mereka jauh melampaui biaya yang dikeluarkan Abu Rizal Bakri sewaktu menikahkan anaknya. Bahkan dana talangan bail Out Century yang mencapai 6.7 triliun masih kalah jauh dengan biaya pernikahan yang mereka keluarkan. Bagaimana tidak, untuk menyebar undangan pada seluruh rakyat Majapahit saja menghabiskan dana kurang lebih satu milyar. Entah undangan jenis apa yang mereka gunakan. Namun berdasarkan kabar yang saya peroleh dari sumber yang tidak mau disebutkan namanya, setiap orang yang diundang mendat satu unit sepeda motor model terbaru mesin 175,5 CC. Selain itu, beberapa ajudan Jaka Tarub juga ditugaskan untuk menyebar undangan melalui Facebook yang penggemarnya tercatat hampir mencapai 500 juta orang. Itu belum termasuk penggemar dari Negara China yang doyan nge-hacker google. Benar-benar pernikahan termegah dan terbanyak mengabiskan dana sepanjang masa.
Dewi Nawangwulan sendiri tidak mau kalah. Tetangga-tetangganya yang berada di kayangan juga diundang. Yang dilakukan Nawangwulan lebih gila lagi. Ia rela memasang satelit luar kayangan untuk bisa menyebarkan informasi pernikahanya lewat internet. Seluruh situs yang ada sudah dibooking selama 3 bulan 3 setengan hari husus untuk mengiklankan berita pernikahannya. Bisa anda bayangkan untuk hal semacam ini saja Nawangwulan dan Jaka Tarub masih bersaing. Tapi begitulah cinta, selalu ada saja tingkah anehnya.
Tahun sudah berganti berkali-kali. Musim gugur, musim dingin dan musim duren sudah sering mereka lewati semenjak hari pernikahan. Jaka Tarub dan Nawangwulan telah dianugerahi seorang putri bernama Dewi Nawangsih. Sebenarnya nama yang diberikan hanya “Nawangsih” tanpa “Dewi”. Namun adat jawa memang senang mengagungkan seseorang dengan sebutan tertentu. Seperti tambahan kata “Dewi” pada nama ibunda Isa Alaihissalam. Sekedar pemberitahuan saja, selain kata “Dewi”, orang jawa juga terbiasa dengan sebutan “Siti” untuk nama perempuan. Sebagaimana sering kita dengar pada penyebutan nama ibunda Rosul Muhammad SAW, Siti Aminah. Padahal nama aslinya hanyalah Aminah, tanpa kata “Siti”. Maka sah-sah saja jika kita menyebutnya dengan sebutan lain misalnya, Tante Maryam, Tante Aminah dan tante tante yang lain.
Seiring berjalannya waktu Nawangsih tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik parasnya, mancung hidungnya, dan putih mulus kulitnya. Jika bicara bibir bagian bawah seakan mau jatuh, melambai-lambai. Dagunya yang bergelantungan makin membuatnya menarik. Tapi sayang, keindahan tubuh itu tidak dibarengi dengan perangainya. Sifat Nawangsih liar, nakal, dan manja. Segala sesuatu yang ia minta harus dikabulkan. On time. Bahkan sering sekali in time artinya permintaan itu harus dikabulkan sebelum diucapkan.
Sifat manja Nawangsih memang sudah terlihat semenjak lahir. Bayangkan saja ketika bayi lain menangis kencang sewaktu lahir, Nawangsih justru hanya diam saja. Semua orang yang ada disana, dukun bayi, Jaka Tarub dan Nawangwulan sendiri hawatir bercampur sedih, takut, dan sedikit bertanya-tanya ada apa dengan putrinya itu. Setelah diamati ternyata dia sedang asyik up date status facebook lewat HPnya. Rupanya Nawangsih sudah memesan Blackberry sewaktu masih dalam kandungan. Dan masih banyak lagi cerita unik namun sulit dipercaya bagi siapapun termasuk saya, yang dengan segala kerendahan hati tidak bisa saya paparkan disini.
Secara fisik Nawangsih memang lebih mirip ibunya, Nawnagwulan, dibanding bapaknya Jaka Tarub. Namun sikap Nawangsih ternyata banyak bertentangan dengan Nawangwulan terutama dengan ide-idenya yang dianggapnya tidak tepat. Dalam setiap diskusi keduanya, Nawngwulan dan Nawangsih, sering berbeda pendapat satu sama lain. Sebagai contoh, ketika Nawangwulan berpendapat bahwa bahasa merupakan sebuah kebiasaan. Nawangsih langsung menolak mentah-mentah. Dia bahkan menantang ibunya untuk melatih bicara hewan-hewan piaraannya seperti kambing, orang utan, kuda, dan slamet (Upss!! yang terahir adalah penggembalanya). Dia menantang Nawangwulan untuk memberikan drill and practice pada hewan-hewan yang saya sebut diatas (kecuali Slamet). Dan ternyata semua hewan piaran itu tidak ada satupun yang bisa berbicara sebagaimana manusia. Bagi Nawangsih, bahasa bukan sekedar kebiasaan, rangsang tanggap semata akan tetapi jsutru sebagai proses kejiwaan. Proses berbahasa bukan sekedar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan didalam diri manusia.
Begitulah seterusnya. Hari-hari Nawangsih dipenuhi dengan perdebatan dengan ibunya. Dan jika demikian, sang ayah Jaka tarub hanya diam. Sesekali ia berkata mencoba menjadi bijak.
Kalian berdua mbok ga usah ribut terus tho? Wong pada dasarnya adanya kalian karena ada aku kok, coba kalau ga ada aku. Apa mungkin kalian ada?
Bersambung………………
(Aliran dan teori linguistik, Soeparno, 2006)

Asmara “Plato” dan “Saussure”

Diceritakan bahwa Jaka Tarub yang menikah dengan Dewi Nawangwulan ternyata punya cerita unik sewaktu melakukan penembakan pada Nawangwulan. Tiga hari tiga malam dia tidak bisa tidur memikirkan cara yang tepat untuk mengutarakan cintanya pada Nawangwulan. Dengan bunga mawar dan berlutut dihadapan Nawangwulan sudah sering dilakukan orang. Lewat surat sudah tidak jaman. Pakain SMS takut dibilang tidak gentle. Bisa dibilang selama waktu tiga hari tiga malam Jaka tarub tidak tidur sedetikpun memikirkan cara tepat mengutarakan cintanya pada Nawangwulan. Maklum saja, Nawangwulan bukan wanita biasa. Dia adalah bidadari yang turun dari kayangan. Kalau bicara bidadari tentu kita semua sepakat betapa cantiknya wajah Nawangwulan. Bodinya semlohai. Sorot matanya memancarkan aura kasih (tapi bukan promosi artis lho…). Dan bibirnya…. Susah untuk didefinisikan. Siapapun tidak ingin melewatkan kesempatan langka untuk bisa melihatnya walau sekejap. Mencium aroma wanginya yang masih tertinggal berkilo-kilo meter saja orang berani adu jotos.
Jaka Tarub memang belum pernah mengutarakan cinta pada wanita manapun. Jam terbang dia didunia percintaan masih sangat minim. Walau begitu, mengutarakan cinta pada wanita sudah lama ia pelajari. Terutama dari sinteron TV Indonesia yang tidak mendidik. Teori memang tidak selamanya seiring sejalan dengan aplikasi. Begitulah yang sedang dialami Jaka Tarub. Sempat ia berpikir untuk menggunakan puisi seperti yang dilakukan Rangga pada Cinta. Tapi niat itu urung dilakukan lantaran ia tidak bisa membuat puisi. Oh, beginilah cinta. Deritanya tiada ahir. Gumam jaka tarub dalam hati. Untuk memulai saja sulit apa lagi menjalankannya.
Seorang teman sempat memberi solusi untuk menggunakan jasa face book. Tapi ia tolak mentah-mentah. Meskipun sekarang sudah modern. Segala hal bisa dilakukan dengan teknologi. Tapi bagi Jaka Tarub cara seperti itu tidak bisa menunjukan jiwa jantannya pada Nawangwulan.
Hari penentuan telah tiba. Jaka Tarub sudah berada didekat Nawangwulan. Duduk berdua sambil minum kopi Joss disebuah tempat yang disepakati. Rasa pahit kopi Joss mengalir pelan ditenggorokan. Jaka tarub memulai obrolan segera. Masih merasa pahit.


Maksud saya mengundang kamu kesini adalah….

Langsung saja tho mas, jangan basa basi! Nawangwulan memotong kalimat jaka Tarub. Sampean itu terlalu banyak basi basi. Traditional banget tho mas!

Bukan begitu Dik Nawang….

Bukan begitu gimana! Sekarang sudah bukan lagi jaman Plato dan Arestoteles Mas...

Saya juga tahu Dik. Saussure merubah segalanya. Tapi bukan berarti kita tidak lagi diperbolehkan menggunakan akidah-kaidah yang benar…
Lihat fakta yang ada aja Mas. Kalau sampean masih berpola dan berkaidah yang ada nanti ada judgment salah dan benar.

Memang begitu adanya kan Dik?

Ini jaman modern Mas. Sudah saatnya kita tidak lagi berkiblat pada pola atau kaidah. Kita lihat yang umum aja Mas. Jadikan kaidah yang umum itu sebagai standar.

Lalu apa gunanya aturan Dik?

Aturan tetap ada dan dipakai Mas. Tapi bukan begitu caranya.

Begitu gimana tho Dik Nawang?

Sudahlah jangan berdebat! Sampean dan saya memang berbeda. Sampean masih berpegang pada Plato dan muridnya itu. Bukan saya menjelekkan Plato lho Mas, tapi Saussure sudah mengawali semua. Dia sudah merubah semua sesuai dengan kenyataan dunia yang ada.

Maksudmu aku masih traditional dan kamu modern?

Sebenarnya sampean ngajak saya kesini buat apa tho Mas?!! Sudah ngajak ketempat kayak gini ga berkelas, berbelit-belit lagi. Katanya mau mengutarakan cinta? Kalau begitu mbok cari tempat yang agak romantis dikit. Setidaknya di Mall atau Restoran Fast Food biar gaya dan gaul dikit!

Bukannya kamu bilang saya traditional? Ya inilah tempat saya. Tempat yang menggambarkan jiwa saya.

Iya, saya tahu. Sampean masih senang dan menghargai unsur budaya. Tapi dunia sudah berubah Mas. Kalau Plato dan temen-temenya yang sampean jadikan pegangan, sampean bakal tertinggal terus.

Dunia memang sudah modern Dik Nawang. Cara berpikir deduktif sudah tidak layak dipakai lagi. Tapi saya lebih suka seperti itu.

Kalau sampean lebih suka yang seperti itu kenapa sampean bisa suka sama saya yang bermadzhab Saussure?

Kamu sendiri suka ga dengan aku Dik?

Tergantung…..

Tergantung apa???

Tergantung sampean mau ga buat berubah.

Berubah gimana Dik?

Ya berubah. Mengikuti perkembangan jaman.

Maksudmu saya beralih kiblat pada Saussure dan teman-temannya itu?

Traditional sudah tidak layak pake Mas…

Kalau saya tetap bertahan dengan Traditional gimana? Kamu tetep mau?

Ya tergantung juga….

Tergantung gimana?

Sampean beneran suka ga sama aku?

Lho, kok kamu jadi ikut-ikutan traditional tho Dik?

Siapa bilang saya traditional?

Sikap berbelit kamu dan tidak to the point yang bilang….

Memangnya modern tidak boleh berbelit?

Itukan punya madzhabku…

Sudah! Sudah! Sudah! Sekarang langsung aja Mas. Sampean cinta ga sama aku?

Kok jadi kamu yang bilang cinta duluan Dik?

………….

Kok ga dijawab Dik Nawang?

…………

Dik?

……….

Kamu malu ya Dik?

…….

Dik?

……

(Aliran dan Teori Linguistik, Soeparno, 2006)

Senin, 11 Januari 2010

Past Perfect Continuous?

Tense ini tidak berbeda jauh dengan Present Perfect Continuous. Keduanya (Past Perfect Continuous dan Present Perfect Continuous) sama-sama bicara tentang kejadian yang masih berlangsung yang sudah melewati masa tertentu. Mari kita simak contoh kalimat berikut dalam bentuk Present Perfect Continuous.
Esy has been reading this book since an hour ago.
(Esy telah membaca buku sejak satu jam yang lalu [dan masih berlanjut sampai sekarang])
Kalimat diatas menggambarkan hal-hal berikut ini:
1. Esy sudah satu jam membaca buku (Perfect).
2. Esy masih membaca buku (Continuous)
Artinya sampai saat kalimat ini diucapkan Esy masih dalam kondisi sedang membaca buku. Itu terlihat dari bentuk Continuous-nya (Been reading). Dan Esy sampai kalimat ini diucapkan sudah 1 jam mebaca buku. Itu terlihat dari bentuk perfect-nya (have been).
Lalu apa perbedaan antara Present Perfect Continuous dengan Past Perfect Continuous? Jawabannya hanya pada waktu kejadiannya saja. Simak contoh berikut:
Esy had been reading a book for an hour when I came.
(Esy telah membaca buku selama 1 jam ketika saya datang)
Kalimat diatas bisa kita pahami bahwa:
1. Saat saya datang Esy sudah satu jam membaca buku
2. Esy sebenarnya belum berniat untuk selesai membaca buku namun kedatangan saya memotong aktivitas Esy membaca buku.

Past perfect tense

Bentuk tense ini masih sering membingungkan untuk sebagian orang. Biasanya permesalahannya terletak pada perbedaannya dengan Simple Past. Lebih jelasnya mari kita maknai dari namanya untuk bisa mengetahui penggunaannya
Past: lampau perfect: sempurna
Kata past mengacu pada waktu terjadinya peristiwa yakni dimasa lampau. Kata lampau bisa bermakna kemarin, semalam, tadi pagi, dua bulan yang lalu dan sebagainya. Sedangkan kata perfect mengacu pada sifat kejadian itu sendiri. Yang dimaksud dengan sifat kejadian adalah apakah peristiwa/kejadian itu masih berlangsung atau sudah selesai (sempurna). Dalam hal ini yang dimaksud adalah sifat kejadian yang sudah sempurna atau selesai dilakukan. Mari kita perhatikan contoh kalimat berikut:
1. She wrote an English letter this morning. (Dia menulis surat ebrbahasa inggris pagi ini)
Kalimat diatas hanya menginformasikan pada kita tentang kapan waktunya She (Dia) menulis surat. Hanya keterangan waktu saja yang ada dalam kalimat tersebut dan tidak dijelaskan sifat kejadiannya. Bandingkan dengan kalimat berikut:
2. She had written an English letter this morning when her friend came.
(Dia telah selesai menulis surat berbahasa inggris (pagi ini) ketika temannya datang)
Kalimat diatas memberi informasi lebih detail dibandingkan dengan kalimat pertama yaitu bahwa ketika temannya datang (pagi ini) dia sudah selesai menulis surat. Dari kalimat diatas dapat kita simpulkan bahwa ketika temannya datang dia sudah tidak lagi menulis surat.
She wrote an English letter this morning She had written an English letter this morning
Hanya menjelaskan kapan (waktu)“She” menulis surat. Menjelaskan kapan (waktu)“She” menulis surat dan kapan selesainya (Sifat kejadian).
bisa muncul dengan bentuk kalimat tunggal Lebih sering muncul dalam bentuk kalimat bertingkat

Present Perfect Continuous

Kesan pertama ketika kita pertama kali mendengar bentuk tense ini adalah ‘aneh’. Ya, Karena disana ada dua bentuk sifat kejadian yang ‘kontradiktif’ yakni perfect dan continuous. Kita tahu bahwa perfect artinya kejadian itu sudah sempurna atau selesai. Sedangkan Continuous artinya kejadian itu masih (sedang) berlangsung. Memang cukup sulit untuk bisa memahami bentuk tense ini. Maka dari itu saya tidak akan menggambarkan fungsi tense ini secara definitive melainkan melalui contoh kalimat berikut:
Bayangkan anda sedang mengakses internet sejak satu jam yang lalu. Anda menjadwalkan 2 jam untuk mengakses internet setiap hari. Artinya anda masih punya waktu satu jam ke depan sebelum anda selesai mengakses internet. Jika anda mulai akses internet jam 8 malam maka jam 10 malam nanti anda baru selesai. Itu artinya sekarang jam 9 malam (Ingat! Anda sudah satu jam mengakses internet). Betul??? Bagaimana mengungkapkan bentuk aktivitas seperti ini jika diaplikasikan dalam bentuk tense? Jika kita mengungkapkan dengan kalimat:
I have accessed internet for an hour.
Maka anda benar-benar sudah selesai mengakses internet. Saat ini (jam 9) anda sudah tidak lagi mengakses internet. Padahal anda masih punya waktu 1 jam lagi.
Jika anda mengungkapkannya dengan kalimat:
I am accessing internet
Maka anda hanya menginformasikan bahwa saat ini anda sedang mengakses internet. Tidak ada keterangan sudah berapa lama anda on line. Padahal anda juga ingin menjelaskan bahwa sudah 1 jam lamanya anda on line.
Jika demikian maka, kalimat yang lebih tepat untuk menjelaskan kondisi anda sekarang adalah gabungan antara dua kalimat diatas. Yakni:
I have been accessing internet for an hour.
Kalimat diatas sudah bisa menjelaskan kondisi anda sekarang. Pertama, ada kerangan bahwa anda sudah satu jam on line. Itu terlihat dari bentu perfect “have been”. Kedua, ada juga keterangan bahwa anda masih akan melanjutkan on line (setidaknya) untuk satu jam ke depan.
Itulah fungsi dari Present Perfect Continuous Tense.

Apa bedanya Present Perfect Tense dengan Simple Past?

Pertanyaan ini mungkin sering muncul dibenak anda saat mempelajari tense dalam bahasa inggris. Wajar saja karena bahasa kita hanya mengenal tiga perbedaan waktu yakni kemarin (Past) sekarang (Present) dan esok (Future). Lebih mudahnya silahkan amati contoh kalimat berikut:
1. Esy ate fried chicken. (Esy makan ayam goreng)
2. Esy have eaten fried chicken. (Esy telah makan ayam goreng)
Kalimat 1 adalah contoh kalimat Simple Past. Sedangkan kalimat 2 adalah contoh kalimat Present Perfect tense. Pada kalimat 1, si penutur (orang yang mengucapkan kalimat) hanya bermaksud menginformasikan bahwa Esy, entah dulu atau kemarin makan ayam goreng. Disini tidak dibicarakan apakah Esy sudah selesai makan atau belum. Hanya ada informasi bahwa Esy (pernah) makan ayam goreng.
Berbeda dengan kalimat 2, disana si penutur menginformasikan bahwa Esy sudah selesai makan ayam goreng. Asumsi yang muncul dari kalimat tersebut Esy akan melakukan aktifitas selanjutnya setelah makan ayam goreng, entah minum, duduk-duduk atau mungkin langsung cuci piring. Atau bisa juga Esy langsung tidur setelah makan ayam goreng.
Point perbedaan antara dua kalimat diatas adalah:
a. Kalimat 1 hanya memberi informasi aktifitas apa yang (pernah) dilakukan Esy. Disana tidak dijelaskan apakah Esy sudah selesai atau masih makan ayam goreng. Aktifitas itu terjadi sebelum kalimat diucapkan (bisa tadi pagi, semalam, kemarin, dll)
b. Kalimat 2 selain menginformasikan aktifitas Esy (saat kalimat diucapkan) juga ada penjelasan bahwa Esy sudah selesai makan ayam gorengnya. Aktifitas itu terjadi saat kalimat diucapakan dan sudah selesai saat itu juga.
Begitulah perbedaan antara Present Perfect Tense dengan Simple Past.
Semoga bermanfaat
Selamat berselancar disamudera maya…………………..
c.

Simple Future tense

Pada dasarnya semua Future Tense hanya berfungsi untuk dua hal yakni: 1) prediksi dan 2) rencana. Simple Future Tense ini hanya menginformasikan kapan aktivitas/kejadian itu berlangsung.
I will go to Jogjakarta next week.
(Saya akan ke jogja minggu depan)
Kalimat diatas hanya menginformasikan rencana si subjek pergi ke jogja. Itu saja
Future Continuous
Berbeda dengan Future Continuous, tense ini tidak sekedar menginformasikan kapan aktivitas itu berlangsung. Namun juga terselip informasi sifat kejadian itu sendiri. Dalam hal ini adalah continuitas. Lebih jelasnya mari kita simak kalimat berikut.
Tomorrow morning at 7 o’clock I will be going to Jogjakarta.
(besok pagi pada jam tujuh saya sedang (dalam perjalanan) ke jogja)
Membaca kalimat diatas bayangan yang muncul dipikiran kita adalah si subjek mungkin sedang naik bus, pesawat atau kereta. Berbeda jika kalimat adalah:
Tomorrow morning I will go to Jogjakarta.
Bayangan yang muncul ketika mendengar kalimat diatas adalah mungkin si subjek besok pagi sedang siap-siap, packing, atau mungkin sedang menunggu Bus jurusan Jogja. Bukan sedang naik bus ke jogja.