Senin, 23 November 2009

Cerita 3

Tiga hal yang tak bisa lepas dari manusia adalah masa lalu,masa kini dan masa sekarang hidupnya. Ada sisi menarik ditesiap masa itu. Dan aku ingin sekali menuliskannya disini. Sekali lagi sekedar untuk dikenang.
Salah satu masa lalu terindah dalam hidupku adalah saat aku mulai menginjakkan kaki didunia pendidikan. Entah umur berapa aku sudah mulai masuk sekolah ditaman kanak-kanak. Ditaman kana-kanak inilah aku benar-benar merasa bahwa sekolah memang menyenangkan. Bagiamana tidak, aku bisa masuk sekolah sesukaku dan aku juga bisa tidak masuk sekolah sesukaku. Jika sedang mood pagi betul aku sudah mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Mengenakan seragam hijau putih, dengan celana pendek warna hijau dan kemeja warna putih dibalkut rompi warna hijau. Indah dan tampan betul aku dengan seragam itu.
Disekolah yang letaknya tak jauh dari rumahku, sering aku betindak sebagai pemimpin doa sebelum masuk. Kami semua membentuk dua baris didepan pintu, putra dalam satu baris dan putrid dalam baris yang lain. Ku siapkan mereka dan kemudian ku pimpin berdoa yang kemudian diikuti serentak oleh mereka, teman sekelasku. Didalam kelas seperti layaknya sekolah pada umumnya kami mendapatkan berbagai macam pelajaran. Mulai dari bernyanyi sampai bermain. Aktivitas ini hampir setiap hari kami lakukan.
Jika waktu istirahat tiba ada dua hal yang aku lakukan, jajan disekolah atau pulang untuk makan jika tidak punya uang saku. Namun ada satu lagi aktivitas tambahan yang juga sangat ku nikmati saat istirahat yakni menggoda teman sekelasku yang cengeng. Dia seorang laki-laki tapi rasa takutnya yang berlebihan membuatnya Nampak seperti wanita. Hal inilah yang membuatku tertarik untuk terus menggodanya. Kau tahu apa yang ku lakukan padanya?
Pertama, aku akan meminta jajanan yang dia pegang dan permintaan ini selalu dikabulkan. Bersama saudaraku laki-laki aku seakan menjadi penguasa dunia kecil ditaman kanak-kanak. Karena setiap anak yang penakut pasti aku ganggu dan mintai apa saja yang dia punya termasuk uang saku. Hamper setiap hari aku memita jatah lima ratus rupiah sama anak penakut itu. Jika yang dia berikan kurang dari lima ratus pasti aku mencubit tangan dia. Selalu. Dan pasti selalu. Namun dengan satu syarat, janagn pernah menangis jika ku cubit. Itu yang aku katakana sama dia. Aku benar-benar menjadi penguasa saat itu.
Kedua jika aku sudah jenuh dengan jajanan yang dia pegang maka dengan tanpa alas an aku bersama saudaraku meminta satu cubitan ditangannya. Dan permintaan ini tidak boleh dia tolak. Jika ia menolak maka aku akan mencubit lebih keras lagi pada tangannya.
Dan itu terus berlanjut sampai pada satu ketika salah satu temanku muncul sebagai pahlawan…………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar